Senin, 17 Maret 2014

PEREKONOMIAN INDONESIA

Indonesia memiliki ekonomi berbasis-pasar di mana pemerintah memainkan peranan penting. Pemerintah memiliki lebih dari 164 BUMN dan menetapkan harga beberapa barang pokok, termasuk bahan bakar, beras, dan listrik. Setelah krisis finansial Asia yang dimulai pada pertengahan 1997, pemerintah menjaga banyak porsi dari aset sektor swasta melalui pengambilalihan pinjaman bank tak berjalan dan asset perusahaan melalui proses penstrukturan hutang.

Ekonomi indonesia pada masa orde baru

Selama lebih dari 30 tahun pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto, ekonomi Indonesia tumbuh dari GDP per kapita $70 menjadi lebih dari $1.000 pada 1996. Melalui kebijakan moneter dan keuangan yang ketat, inflasi ditahan sekitar 5%-10%, rupiah stabil dan dapat diterka, dan pemerintah menerapkan sistem anggaran berimbang. Banyak dari anggaran pembangunan dibiayai melalui bantuan asing.

Pada pertengahan 1980-an pemerintah mulai menghilangkan hambatan kepada aktivitas ekonomi. Langkah ini ditujukan utamanya pada sektor eksternal dan finansial dan dirancang untuk meningkatkan lapangan kerja dan pertumbuhan di bidang ekspor non-minyak. GDP nyata tahunan tumbuh rata-rata mendekati 7% dari 1987-1997, dan banyak analisis mengakui Indonesia sebagai ekonomi industri dan pasar utama yang berkembang.

Krisis finansial Asia Tenggara yang melanda Indonesia pada akhir 1997 dengan cepat berubah menjadi sebuah krisis ekonomi dan politik. Respon pertama Indonesia terhadap masalah ini adalah menaikkan tingkat suku bunga domestik untuk mengendalikan naiknya inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah, dan memperketat kebijakan fiskalnya.

Setelah pemimpin bapak Suharto

Di bulan Agustus 1998, Indonesia dan IMF menyetujui program pinjaman dana di bawah Presiden B.J Habibie. Presiden Gus Dur yang terpilih sebagai presiden pada Oktober 1999 kemudian memperpanjang program tersebut.

Pada 2010 Ekonomi Indonesia sangat stabil dan tumbuh pesat. PDB bisa dipastikan melebihin Rp 6300 Trilyun  meningkat lebih dari 100 kali lipat dibanding PDB tahun 1980. Setelah India dan China, Indonesia adalah negara dengan ekonomi yang tumbuh paling cepat di antara 20 negara anggota Industri ekonomi terbesar didunia G20.

Pada tahun 1980 keuangan PDB Indonesia Rp 60.143.191.000 dan pada tahun 2010 Keuangan Pdb Indonesia naik 100 kali lipat yaitu sekitar Rp2.678.664.096.000 (id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi)

            Menurut Presiden Boston Institute for Developing Economies Gustav F seharusnya indonesia bisa mengalami pertumbuhan dengan dua digit, Papanek, Guru Besar Ekonomi (Emeritus) Universitas Boston, Amerika Serikat, itu memaparkan hasil penelitian yang dilakukan bersama dengan peneliti CReco Research Institute, Raden Pardede, dan Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Suahasil Nazarra. Paparannya berjudul ”Pilihan untuk Lima Tahun ke Depan: 5 Persen Pertumbuhan dan 0,8 Juta Lapangan Kerja Produktif Per Tahun atau 10 Persen Pertumbuhan dan 3 Juta Lapangan Kerja Produktif Per Tahun”.

Hasil penelitian menyebutkan, Indonesia memiliki peluang besar dalam lima tahun ke depan untuk menaikkan pendapatan rakyat, terutama kelompok 40 persen penduduk miskin dan rentan miskin. Indonesia juga berpeluang menciptakan lapangan kerja bagi 3 juta tenaga kerja per tahun. Selama beberapa tahun belakangan, penyerapannya cenderung surut di bawah 1 juta orang per tahun.

Peluang itu, menurut Papanek, hanya bisa diwujudkan jika pertumbuhan ekonomi Indonesia ditingkatkan dari rata-rata 6 persen selama tiga tahun terakhir menjadi 10 persen per tahun dengan industri pengolahan padat karya sebagai salah satu basisnya. Ini mensyaratkan perlunya kebijakan integratif yang tepat oleh rezim pemerintahan 2014-2019.

Papanek mengatakan, dengan besarnya jumlah tenaga kerja, Indonesia berpeluang mengisi sebagian pasar dari produk industri manufaktur padat karya China. China adalah rajanya. Namun, belakangan, daya saing China menurun seiring terlalu tingginya upah buruh dan menuanya tenaga kerja di negeri tirai bambu itu.

Melalui kebijakan yang tepat, Indonesia bisa mengambil 10 persen pangsa pasar produk industri manufaktur padat karya China tahun 2019. ”Itu sama dengan tiga kali lipat ekspor Indonesia saat ini,” kata Papanek. Badan Pusat Statistik menyebutkan, total nilai ekspor nonmigas Indonesia tahun 2013 mencapai 149,92 miliar dollar AS.

Tahun 1986-1992, industri manufaktur padat karya Indonesia tumbuh 34 persen. Ini di atas China, India, dan Banglades. Namun, sejak 1993 hingga 2012, Indonesia tertinggal. Bahkan, tahun 2013, Indonesia mencatatkan pertumbuhan negatif.

Bank dunia:pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 melambat

Meski masuk dalam kelompok motor ekonomi baru MINT, prospek ekonomi Indonesia ternyata tidak secerah yang diharapkan. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat pada tahun kuda 2014.

Dalam proyeksi triwulanannya, Bank Dunia menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 5,3 persen pada 2014. Angka ini turun jika dibandingkan 2013 yang mampu tumbuh hingga 5,6 persen. Penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia antara lain turunnya investasi.

Menurut Bank Dunia, pertumbuhan investasi Indonesia hanya mencapai 4,5 persen pada triwulan III-2013. Penurunan terbesar ada pada sektor penyokong dan barang modal seperti alat berat dan industri mesin. Melambatnya investasi juga terjadi di bursa saham sebagai dampak rencana pengurangan stimulus moneter bank sentral Amerika.

Demi menjaga pertumbuhan, Bank Dunia menyarankan Indonesia agar untuk memperkuat stabilitas makro jangka pendek melalui kebijakan moneter dan penguatan rupiah. Reformasi struktural juga diperlukan untuk meningkatkan neraca perdagangan dan merangsang laju pertumbuhan jangka panjang. Caranya dengan memperbaiki iklim usaha dan infrastruktur logistik.

Dalam laporannya, Bank Dunia juga memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan Indonesia akan menyusut dari 3,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto pada 2013 menjadi 2,6 persen terhadap PDB pada 2014. Menurut Bank Dunia, Indonesia harus menggenjot ekspor dan mengamankan investasi asing untuk mengatasi defisit neraca transaksi berjalan.

Tahun lalu, Bank Dunia juga menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 6,2 persen menjadi 5,9 persen. Anjloknya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia disebabkan semakin tergerusnya neraca perdagangan, turunnya outlook dari investor luar negeri serta harga komoditas yang bertengger di level rendah.

Ekonomi indonesia diperkirakan tahun 2014 terpuruk

Kondisi perekonomian Indonesia tahun 2014 dinilai akan berada dalam kondisi terpuruk. Kondisi dapat terjadi karena dipengaruhi oleh perekonomian dunia yang cenderung tidak stabil.
Direktur Eksekutif Indonesia for Global Justice (IGJ) M Riza Damanik menyebutkan, terdapat dua penyebab yang membuat kondisi perekonomian nasional terpuruk. Penyebab itu adalah kenaikan harga minyak dunia yang mendorong subsidi membengkak serta merosotnya nilai tukar rupiah yang melipatgandakan nilai utang luar negeri.

Pemicu utamanya adalah pembengkakan subsidi energi yakni subsidi BBM dan listrik. Belanja subsidi energi di RAPBN 2014 melonjak Rp 44,1 triliun, dari Rp 284,7 triliun menjadi Rp 328,7 triliun," ujar Riza melalui keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (28/12).Riza melanjutkan, utang luar negeri semakin membengkak lantaran nilai tukar rupiah terhadap dolar semakin merosot. Tetapi, ungkap dia, pemerintah justru mengambil solusi untuk menutup pengeluaran dengan cara semakin memperbanyak utang luar negeri maupun dalam negeri.Padahal, terang Riza, data Bank Indonesia menunjukkan posisi surat utang negara sampai dengan Oktober 2013 mencapai Rp 915,175 triliun. Sementara posisi utang luar negeri pemerintah USD 123,212 miliar

.
Ekonomi RI Bakal Tumbuh Paling Cepat Dibanding 5 Negara ASEAN


OECD Developmet Centre memperkirakan Indonesia bakal menjadi negara dengan pertumbuhan paling cepat di antara ekonomi ASEAN 6, dengan tingkat rata-rata pertumbuhan sebesar 6% setiap tahun dalam rentang waktu 2014-2018.Deputy Secretary-General OECD, William Danvers mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama lima tahun ke depan akan mencapai level 6% atau lebih tinggi dibanding rentang waktu 2000-2007 yang sebesar 5,1%. Namun angka ini lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi di 2012 dan proyeksi 2018 masing-masing 6,2% dan 6,1%. Indonesia diproyeksikan akan jadi negara pertumbuhan paling cepat di antara ekonomi ASEAN 6 dengan rata-rata pertumbuhan 6% di 2014-2018. Lebih tinggi dibanding Filipina yang diperkirakan 5,8%," ungkap dia saat acara International Seminar on Structural Policy Challenges in Indonesia : Medium-Term Challenges and Responses di Jakarta, Kamis (5/12/2013).

OECD, lanjutnya, memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil Malaysia dan Thailand akan meningkat masing-masing sebesar 5,1% dan 4,9% per tahun. Dan pertumbuhan ekonomi Brunei Darussalam pada 2014-2018 berada dalam perkiraan 2,3%.

            Sedangkan ekonomi Singapura, kata Danvers diperkirakan tumbuh sebesar 3,3%, sementara Kamboja, Laos, Myanmar serta Vietnam diramalkan tumbuh cepat dalam jangka menengah.


         Secara keseluruhan, dia menerangkan, prospek ekonomi negara berkembang di wilayah Asia (Asia Tenggara, China, dan India) tetap kuat dalam jangka menengah. Penopangnya dorongan permintaan domestik.
OECD memandang, China dan India sebagai dua negara dengan perekonomian terbesar di antara negara-negara berkembang di Asia diproyeksikan tumbuh masing-masing 7,7% dan 5,9% pada 2014-2018.

"Pertumbuhan PDB di negara Asia diperkirakan akan melambat secara gradual, namun tetap kuat dengan pertumbuhan rata-rata 6,9% per tahun selama periode 2014-2018. Angka ini lebih rendah dari pertumbuhan di periode sebelum krisis keuangan global (2000-2007). China dan India akan terus memainkan peran penting dalam pertumbuhan global.

Pendapatan perkapita indonesia naik dua kali lipat jadi Rp 48 juta/tahun

Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara makro selama 10 tahun terakhir ini terus mengalami peningkatan.

            Pendapatan per kapita yang pada tahun 2004 hanya mencapai 2.000 dolar AS atau sekitar Rp 24 juta (kurs Rp 12 ribu) per tahun, saat ini telah mengalami peningkatan dua kali lipat menjadi 4.000 dolar AS atau Rp 48 juta.


Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tercepat di Asia, setelah Cina dan India

Dampak krisis Yunani tidak akan mempengaruhi ekonomi Indonesia dikarenakan kuatnya fundamental ekonomi. Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 6 persen dari rata-rata Asia 7,1 persen merupakan negara ketiga tercepat setelah Cina dan India. Angka konsumsi domestik yang kuat dilihat dari tingginya angka penjualan kendaraan bermotor, sektor retail konsumsi bahan bangunan yang tinggi menjadi indikatornya. Demikian dikatakan Milan Zavadjil, Senior Representative IMF dalam kesempatan diskusi IMF Regional Economic Outlook 2010 di Kampus S2 Paramadina, The Energy, SCBD, Jakarta.

Mahmood Pradhan, Senior Advisor IMF menyampaikan fakta pertumbuhan pertumbuhan ekonomi yang bervariasi antarnegara menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Asia yang memang lebih menonjol. ”Salah satunya karena pemulihan cepat yang terjadi di negara-negara di Asia,” tuturnya. Acara yang berlangsung pada 17/5 ini dipandu oleh Dinna Wisnu, Direktur Paramadina Graduate School.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh di sektor konsumsi dan lemah di bidang industri. Untuk jangka panjang, Pertumbuhan Indonesia dipandang tidak cukup berkelanjutan. Dengan pertumbuhan 6 persen per tahun, maka Indonesia hanya  menyamai pencapaian Malaysia dalam 20 tahun kedepan, atau 24 tahun untuk menyamai pertumbuhan rata-rata ekonomi dunia. Demikian disampaikan oleh Wijayanto, Managing Director Paramadina Public Policy mengkritisi pemaparan sebelumnya.

https://www.paramadina.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=512:pertumbuhan-ekonomi-indonesia-tercepat-di-asia-setelah-cina-dan-india&catid=46:berita&Itemid=1
http://batam.tribunnews.com/2014/02/13/pendapatan-per-kapita-indonesia-naik-dua-kali-lipat-jadi-rp-48-jutatahun
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/03/13/0727535/Pemilu.Jadi.Titik.Balik.Ekonomi.Pertumbuhan.Bisa.Mencapai.Dua.Digit
(id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi)
http://bisnis.liputan6.com/read/765377/ekonomi-ri-bakal-tumbuh-paling-cepat-dibanding-5-negara-asean

Tidak ada komentar:

Posting Komentar